Pacaran Halal Sebelum Nikah, Emang Ada?

 

Hmm.. pertanyaannya agak provokatif ya.. hehe.. tapi mari kita coba sedikit bedah secara luas dan adil..

Sebenarnya apa sih yang diharapkan dari pacaran?

Kita definisikan apa itu pacaran..

Pacaran adalah sebuah hubungan romantis antara dua orang yang belum menikah, biasanya dijalani untuk saling mengenal secara lebih dekat dengan tujuan kedekatan emosional, kesenangan, atau persiapan menuju pernikahan.

Pacaran dalam perspektif umum dianggap jalan yang bermanfaat untuk masa penjajakan, pencocokan sebelum hubungan yang lebih resmi dan sah (menikah).

Isi kegiatannya antara lain kegiatan yang hampir sama persis dengan kegiatan suami istri sah, seperti jalan bareng, makan bareng, ngobrol intens, saling memberi perhatian, hadiah dan kasih sayang.

Hubungannya cenderung tidak selalu serius karena status pacaran adalah status yang dimanfaatkan untuk melampaui batas-batas hubungan yang terbatas sebelumnya, yang seharusnya hanya bisa diakses oleh sepasang kekasih yang memiliki status pernikahan.

Pegangan tangan, berduaan, bersentuhan, pelukan, rayuan, gombalan, ciuman*n bahkan hubungan seksual adalah kegiatan halal dan baik bagi pasangan suami istri, tapi digunakan secara tidak sah di status hubungan pacaran.

Ibaratnya uang itu enak, bisa dipake belanja apapun, tapi kalo cara dapatnya gak halal maka tidak ada keberkahan didalamnya, malah ada ancaman serius hasil dari konsekuensi uang gak hal tersebut.

Memang betul, pacaran itu bisa saja membuat nyaman, aman dan terlindungi karena ada laki-laki yang menjaga, memberi perhatian dan kasih sayang.

Tapi ingat, kenikmatan itu bukan pada tempatnya.

Yang jadi masalah, kamu belum siap secara mental, spiritual dan finansial untuk menginisiasi pernikahan tapi ingin berhubungan dengan lawan jenis, itu sah secara fitrah, manusia akan kecendung mencari pemenuhan keinginan nya itu walaupun dari cara yang tidak dibenarkan agama, yang penting hawa nafsu dan fitrah biologis terpenuhi.

Lingkungan, kebiasaan dan kebebasan akses media membuat pemuda pemudi lebih rentan jatuh dalam kesalahan dan tersesat ke jalan yang buruk.

Ya, pacaran pada umumnya memang jalan yang buruk walaupun ada "kenikmatan" didalamnya. (Berdasarkan surah Al-Isra ayat 32)

Apalagi masih sedikit media dakwah yang membuat jalan tengah yang lebih manusiawi dan moderat tapi tetap mengacu pada syari'at, tidak terlalu kanan apalagi kiri.

Padahal dakwah moderat bisa lebih banyak merangkul Ummat dan menuntunnya kejalan yang benar dan baik.

Orang pada umumnya tahu dan paham didalam pacaran itu ada dosa yang dipelihara, menghukumi haram tanpa solusi bukanlah pemecahan masalah yang konkrit, mau diarahkan ke pernikahan gak ada programnya, dikasi ilmu pranikah belum ada calonnya, ngejek orang pacaran dengan ancaman dosa dan azab dibales dengan ejekan serupa "sok suci", mau ngarahin kejalan yang bener bingung jalannya selain ngancem dosa dan azab.

Kembali kepokok utama..

Bagaimana cara menyatakan perasaan kita ke orang yang kita suka, tapi dalam hati gak pengen bikin Allah marah?

Apakah tidak ada jalan yang bisa menjembatani antara niat suci dan kondisi realita?

Ngajak pacaran kan artinya membuka peluang setan untuk membujuk kita melakukan perbuatan yang tidak disukai Allah..

Ngajak nikah, sadar kalo diri ini gak punya daya kesiapan mental, ilmu dan finansial.. Dipaksa nikah tanpa persiapan, bisa-bisa rumah tangga cepat kandas dan tenggelam..

Ngejomblo susah nahan syahwat, puasa juga gak bisa, apalagi harus puasa daud supaya perisai dirinya tahan lama, puasa tiap hari juga dilarang Islam, lagian gak mungkin juga semua orang mampu puasa setiap hari seumur hidup.

Hawa nafsu itu ibarat sungai yang terus mengalir, tanpa bendungan sudah pasti air tetap deras mengalir kecuali ada bencana yang merusak aliran sungai itu.

Maka solusi satu-satunya adalah "menikah"

Yang belum bisa menikah?

Jawabannya: ajak aja Raabithan/Rabithahan (ngiket-nunggu)

Kata رَابِطَة (rābiṭah) berasal dari akar kata bahasa Arab: ر-ب-ط (ra-ba-ṭa), yang secara umum bermakna mengikat, menghubungkan, atau menyambungkan.

Dengan begitu ikhtiar pertamamu untuk bisa mengikat/diikat adalah dengan perkenalan.

Simpel kan?

Kalo udah punya pasangan? pacar misalnya, tantang si cowok niat dan tujuannya pacaran.. Suruh buat "proposal komitmen" yang harus diperlihatkan ke orang tua kamu.

Kalo gak berani, sudah jelas itu niat dan tujuannya gak baik, apalagi udah diiket pacaran bertahun-tahun tanpa kejelasan.

Lebih lanjut Raabithan itu adalah hubungan romantis setelah menyatakan keinginan menikah dengannya dalam secarik kertas. (surat proposal resmi/raabith)

Ringkasnya, raabithan adalah bentuk relasi romantis yang diawali dengan niat menikah dan disampaikan secara tertulis, bukan janji manis kosong, tapi itikad jujur dan konkret.

Ia berada di antara pacaran konvensional dan khitbah (lamaran resmi).

Raabith payungnya adalah Rabithah Al-Hubb

Level Rabithan itu diatasnya Pacaran konvensional tapi dibawah Khitbah, bisa berdampingan dengan ta'aruf konvensional/syar'i.

Pacaran akan kalah dengan Rabithal Al-Hubb, Rabithah Al-Hubb akan kalah dengan Khitbah.

Intinya Rabhitan itu ngasih surat proposal komitmen pra-nikah ke calon pasangan potensial kita, mengungkapkan keseriusan sebelum model pacaran konvensional mendahului dengan hawa nafsu.

Untuk lebih jelasnya, saya menulis Rabithah Al-Hubb secara lengkap di postingan ini [Rabithah-Alhubb], klik!

Btw, kembali kepertanyaan awal. Jadi, untuk menjawab apakah ada, pacaran halal sebelum nikah?

Jawaban tegasnya gak ada, yang ada adalah jembatan penghubung antara pacaran dan pernikahan bagi yang belum mampu menikah tapi ingin lebih tenang dan gak overthinking soal jodoh masa depan, ibarat nya jembatan itu sekaligus tempat pemberhentian bagi jombowan-jomblowati yang lagi menanti sampai di mampukan Allah.

Barokallahu Fiikum..

Notification