Dua Rumus Rahasia dalam Al-Qur'an untuk Jadi Laki-laki Idaman Wanita yang Jarang Orang Tahu



Ketika kamu merenung dan mentadabburi Al-Quran pasti kamu akan menemukan banyak hikmah didalamnya, tentunya perenungan itu haruslah menggunakan hati untuk memahaminya..

"Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?" (QS Muhammad: 24)

Saya kadang merenung terkait perkara dunia, bagaimana menemukan solusi untuk saudara-saudara muslimku yang masih terikat dengan dosa?

Ada setitik rasa sayangku pada mereka yang mengantarkan ku pada sebuah kisah dalam Al-Quran..

Berikut kisahnya:

Langit senja menguarkan panas yang belum reda. Langkah Musa tertatih di antara hamparan pasir yang tak bertepi. Kakinya melepuh. Perutnya kosong. Hanya hati yang masih menggenggam satu hal: harapan bahwa Tuhannya tak akan meninggalkannya sendiri.

Ia tidak tahu lagi arah. Sejak meninggalkan Mesir, tempat ia dibesarkan di istana Firaun dan kemudian menjadi buronan karena membela seorang yang tertindas, Musa hanya berjalan. Lurus. Lalu berbelok. Lalu lurus lagi. Tak punya tujuan, kecuali satu:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan yang benar.”

Ketika tubuhnya hampir rebah, ia melihat sesuatu. Dari kejauhan, sebuah sumur dikerumuni banyak penggembala. Ternak-ternak saling dorong, suara keras para lelaki memecah udara. Tapi di sisi lain, tampak dua perempuan berdiri terpencil. Mereka memegang tali kekang ternak mereka, menunggu, dengan wajah gelisah dan tubuh menahan lelah.

Musa mendekat. Nafasnya masih berat, tapi mata dan hatinya tetap tajam terhadap ketidakadilan.

“Apa yang membuat kalian berdiri di sini?” tanyanya lembut.

Salah satu dari mereka menunduk. Yang lain menjawab pelan.

“Kami tak bisa memberi minum sebelum mereka selesai.
Ayah kami... lelaki tua yang tak bisa datang sendiri.”

Jawaban itu sederhana. Tapi bagi Musa, cukup untuk membuatnya bergerak.

Tanpa bertanya lebih lanjut, ia maju ke sumur. Tangan-tangan lelaki lain yang sebelumnya kasar, kini melonggar saat melihat sosok asing itu mendorong batu besar penutup sumur, sendiri. Batu itu biasanya digeser oleh beberapa orang, namun Musa melakukannya dengan satu tarikan penuh tekad.

Air pun mengalir.

Ia memberi minum ternak dua wanita itu. Tanpa ucapan, tanpa mengharap terima kasih. Lalu ia menjauh, mencari tempat teduh, dan duduk bersimpuh.

“Ya Tuhanku... sesungguhnya aku sangat membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku…”

Ia tidak tahu, doanya baru saja naik ke langit... dan jawaban-Nya sedang datang dari arah yang tak disangka-sangka.

Langkah seorang perempuan mendekat. Musa menengadah dan melihat, salah satu dari dua wanita tadi berdiri di hadapannya. Ia berjalan dengan penuh malu, menunduk, namun tetap datang karena dorongan tugas dan amanah.

“Ayahku ingin bertemu denganmu,
untuk membalas jasamu memberi minum ternak kami…”

Musa terdiam sejenak. Lalu ia bangkit. Hatinya, yang selama ini hanya mengenal pengasingan dan perjuangan, kini sedikit merasakan sesuatu yang baru, "ketenangan".

Di rumah sang ayah, seorang lelaki tua yang dihormati dan bijak, Musa menceritakan segalanya. Dari istana hingga pelarian. Dari darah yang menodai tangannya, hingga doa yang ia panjatkan di bawah pohon itu.

Lelaki itu tidak menghakiminya. Hanya berkata:

“Tenanglah. Engkau telah selamat dari kaum yang zalim.”

Namun yang mengejutkan Musa adalah ketika putri lelaki itu, yang tadi mendatanginya, berkata:

“Wahai Ayah, ambillah dia sebagai pekerja.
Karena orang terbaik yang bisa engkau pekerjakan
adalah yang kuat... dan dapat dipercaya.”

Musa menunduk. Ia merasa dilihat bukan hanya sebagai lelaki, tapi sebagai manusia. Dihargai bukan karena penampilan atau nama, tapi karena karakter yang tak ia sadari telah terpancar dalam tindakannya.

Lalu sang ayah berkata:

“Aku hendak menikahkanmu dengan salah satu dari kedua putriku,
dengan syarat engkau bekerja padaku delapan tahun.
Jika kau sempurnakan sepuluh tahun, itu dari kebaikanmu sendiri.”

Dan Musa menjawab, mantap:

“Itu adalah perjanjian antara aku dan engkau.
Aku terima.”

Malam itu, di rumah yang sederhana, dalam negeri yang asing, Musa merasakan sesuatu yang sudah lama hilang: rumah. Bukan sekadar tempat berteduh, tapi hati yang menerima, tangan yang mengulurkan, dan suara yang menenangkan.

Ia tidak mencari cinta. Tapi cinta itu datang... di antara lelahnya jiwa, di bawah langit yang menjadi saksi, dan di tepi sumur yang telah menampung bukan hanya air... tapi takdir.

(QS Al-Qashash:22-28)

Dari kisah diatas kita bisa memetik hikmah bahwa pernikahan dibangun atas dasar tanggung jawab, transparansi, dan kesepakatan yang jelas. Musa menunjukkan komitmen dan integritas.

Kesimpulan Hikmah:

  1. Takdir cinta bisa datang di tengah pelarian, bukan saat pencarian.

  2. Lelaki ideal menurut Qur’an adalah yang kuat dan terpercaya.

  3. Perempuan ideal punya rasa malu, berpikir logis, dan mendorong ayahnya memilih yang shalih.

  4. Proses pernikahan islami tidak berbelit-belit, jelas arah dan syaratnya.

  5. Musa membantu dulu, baru Allah beri jawaban doanya.

Jadi, buat kamu laki-laki sebelum mendeklarasikan rasa suka, cinta dan ingin memilikinya, maka perkuat dulu dua pondasi dari dirimu..

Kekuatan dan Integritas (Terpercaya/jujur)

Wanita itu gak terlalu butuh dengan kegantengan, kekayaan atau status sosial yang tinggi.

Andaikan Kalau ketiga ini ada (ganteng, kaya, status tinggi) namun quwwah (Kuat) & amanah (kepercayaan) kosong, maka lambat laun hubungan itu bisa retak dan pecah karena tidak ada pondasi yang menopangnya.

Contoh "anak raja", secara umum biasanya anak raja itu ganteng, kaya dan berkedudukan tinggi. Namun, anak raja tersebut tidak memiliki kekuatan dan kepercayaan saat lepas dari ayahnya (Raja)

anak raja tersebut tidak bisa mencari uang untuk kesenangan hidupnya, hidup penuh tekanan, kontrol emosi yang lemah, pastinya akan membuat banyak kerusakan ditengah masyarakat. Orang mana yang mau berempati kepadanya, kecuali orang yang mau memanfaatkannya untuk tujuan gak bener.

Wajah ganteng bukan nilai mutlak untuk mendapatkan rasa kagum dan empati sejati dari orang lain melainkan dua pondasi tersebut yakni quwwah dan amanahlah yang harus diperhatikan..

Atsar Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu,

أرى الشاب فيعجبني فأسأل عن عمله فيقولون لا يعمل فيسقط من عيني

“Aku melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pemuda tersebut jatuh martabatnya di mataku”

Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, "Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri." (HR Ibnu Majah no. 2138)

Kita bedah, apa saja sih yang ada dalam quwwah dan amanah itu?

Quwwah (Kekuatan) : Hal-hal yang dapat membangun dan meningkatkan taraf kehidupan.

  • Kuat secara fisik (sehat atau berisi)

  • Kuat dalam mencari kehidupan, nafkah, minimal untuk dirinya sendiri,

  • Mampu mengontrol diri dan menahan amarah

  • Tidak malas

Amanah (Kepercayaan) : Hal-hal yang dapat menjaga apapun yang telah kita bangun dan susun untuk kehidupan.

  • JujurMenepati janji

  • Konsisten

  • Bisa jaga rahasia & harga diri orang lain

Kenapa Dua Sifat Ini Menarik bagi Wanita?
Karena wanita sejati tidak hanya mencari lelaki yang tampan, tapi yang bisa jadi “rumah”:

Quwwahmembuat wanita merasa aman dan dilindungi.
Amanah → membuat wanita merasa tenang dan dihargai.

Secara umum Quwwah dan Amanah berkaitan dengan sifat tertentu bukan saja bermanfaat untuk hubungan romantis melainkan manfaat secara umum:

Quwwahmenghasilkan leadership, inisiatif, semangat hidup.
Amanah  menghasilkan kesetiaan, stabilitas hubungan, kebaikan jangka panjang.

Jadi, sudah siapkah kamu diinginkan wanita dengan dua rumus tersebut?
hal-hal apa saja yang telah kamu bangun dan siapkan untuk menyambut wanita pujaanmu itu?
Tulis di kolom komentar, kita bahas masalah kamu 😉

Notification